Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Memotong Ego

 Aku berencana untuk membuat akun tik-tok. Aku ingin mendapatkan capaian yang lebih gede daripada apa yang aku tulis di sini, di blog yang teman-teman baca sekarang ini. Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak lama. Saya ingin membacakan puisi saya atau saya ingin membagikannya saja dalam bentuk tulisan. Dengan alasan, kalau sekedar dibagikan di blog reach -nya beneran kecil banget, cuma tik-tok yang akan bisa langsung meledak viewers nya. Didorong dari ide tersebut dan dibantu oleh curhatan ke temen-temen, sangat disarankan untuk bikin tik-tok. Lalu hari ini, sebelum membagikan puisi. Saya memutuskan untuk memperdalam pengetahuan tentang tik-tok. Saya mencoba mencari dengan kata kunci, "puisi", "sastra", "buku", dll yang berbau puisi. Hasilnya, saya melihat banyak sekali puisi yang dibagikan oleh orang-orang. Banyak juga penonton dari konten-konten puisi tersebut. Hal itu menjadikan saya sangat tertarik untuk membuat akun tik-tok dan membagikan puisi juga

Jangkrik!

 Aku ada di dunia yang kamu tidak akan pernah tahu. Katamu malam itu Ketika jangkrik berbunyi di depan rumah. Kita berdua di teras, dinginnya pas untuk melamun Kamu juga hidup di dunia yang aku tidak akan pernah mengerti. Lanjutmu aku belum menjawab apa pun dari semua ucapanmu. Lalu Si Jangkrik lancang bicara. "Jawab dia manusia dungu!" Tiba-tiba, aku bisa mengerti bahasa jangkrik. Yang terdengar di telinga pastilah hanya krik-krik , tapi aku merasa bisa mengerti setiap krik-krik -an-nya "Tidak. Bukan aku yang harus kamu mengerti, tolol!" Harus aku katakan lagi, aku memahami bahasa jangkrik. Dan aku juga mulai mengerti alasan hewan itu sebagai kata umpatan. "Jangkrik!" Kita masih terdiam, ditemani krik-krik yang tak lagi ingin aku dengar. Dinginnya menetap Malah lebih dingin karena semakin malam. Aku rangkai saja kata-kata dalam lamunan "Aku tidak meminta untuk dimengerti olehmu, aku juga terlalu bodoh untuk bisa tahu duniamu. Yang aku ingin, mencin

Setangkup Hati

 Tadi aku menemukan hati yang jatuh di sana. Awalnya aku tak tahu apa itu Lalu aku ambil saja benda segar itu ternyata adalah hati manusia yang penuh luka sana-sini. Rupanya tak berniat sembuh Mungkin milik seseorang, yang berdiri di perempatan itu. Aku berlari membawa hati Ternyata beratnya bukan main. Padahal hanya setangkup hati, tapi aku tidak mengerti kenapa rasanya berat sekali, membawa hati Aku menyerahkannya kembali kepada si perempuan setelah ia berhasil menyebrang, untungnya aku bisa menututinya. Tapi ketika menerimanya, ia bilang "Aku tak memerlukannya lagi, itu yang lama" Dengan tersenyum aku bertanya memangnya mengapa? Katamu, hati yang sudah lama itu harus diganti Katamu, hati yang sudah lama itu penuh luka Katamu juga, hati itu tidak akan sembuh dengan cara bagaimanapun hati yang lama tak mungkin bisa dibenahi atau diobati Aku suka mendengar ceritamu, apa lagi ketika kamu menceritakan dunia tentang hati yang ternyata luas. Aku merasa kecil, aku merasa ingin men

Coldplay, Argentina, dan BMTH?

 Kesan pertama yang saya rasakan adalah marah, lalu disambung dengan rasa sedih dan kecewa. Keresahan akan tulisan ini muncul di kepala saya ketika melihat konten salah satu saluran Youtube favorite saya. Pasalnya, di dalam salah satu konten saluran tersebut membahas tentang isu yang terjadi antara dua band terkenal itu. Saya tahu mereka (Coldplay dan BMTH) merupakan band yang sangat terkenal. Mereka punya penggemar yang menyebar di seluruh dunia. Antara keduanya, saya paham terjadi sesuatu yang sangat sentimen, dan itu membawa pengaruh kepada penggemar mereka masing-masing. Yang saya sayangkan, adalah isu yang diangkat oleh salah satu saluran Youtube itu. Mereka bisa dikatakan media yang besar. Tapi membahas isu seperti itu? Saya memang mendapatkan insight dari konten tersebut. Saya tidak akan bohong, saya akan transparan. Saya suka salah satu band tersebut. Konten tersebut membantu saya memahami apa yang terjadi dan sedikit lebihnya memberi saya pengetahuan tentang salah satu band

Permen Kapas

 Aku adalah orang kota pinggiran, berada di antara batas garis nyata peta Pergi ke alun-alun kota dengan perempuan paling manis yang pernah ada Berkendara dengan motor yang ku punya sejak masih di sekolah menengah Kami mengikuti jalan bermarka, langsung membelah kota menjadi dua Restoran, toko es krim, bioskop, ada di mal-mal menyala. Mereka gemerlap dan kamu adalah perempuan yang paling nyata, serasi dengan laki-laki sederhana Di luar, beberapa toko gelap gulita. Kosong atau hanya buka ketika siang saja dan kamu tidak memudar, tetap nyata, dan menyala. Aku adalah Si Laki-laki sederhana Kita masuk mal dan berjalan, "Maaf aku tidak bisa membelikanmu apa-apa" Kamu bilang tidak masalah. Kamu tidak ingin apa-apa, hanya ingin berjalan saja "Aku malu tidak bisa membelikanmu apa-apa." Lalu kamu menatapku, tertawa Kamu bilang, "aku ingin permen kapas." Ku berikan padamu permen kapas merah muda Kita sudah berada di rumah. Aku melepas sepatuku menaruhnya di rak tera

Aku Tak Akan Kalah Lagi

 Tangan kanannya kebas nyeri Salah satu jarinya dibuat mati Ia baru saja selesai berkelahi Musuhnya tak ingin ia mati "Aku tak ingin kau berkelahi" Tapi aku dan dia laki-laki "Berarti jangan berkelahi lagi" Tapi aku tak bisa berjanji Di sinilah Bimbi mulai sedih Ibu jari tangan kanannya mati Tak nyaman mengambil gelar bir Dengan matinya si ibu jari Disesalinya ia tak akan lagi berkelahi Dan mencubit pipi pacarnya tak lagi senyaman ketika ibu jarinya tak mati. Tapi ia tersenyum tengil, melihat si tangan kiri

Kebahagiaan Bagian 1

 Saya baru beberapa bab membaca buku Eric Wainer berjudul The Geography of Bliss. Buku tersebut berisi petualangan Eric Wainer keliling dunia dan menerjemahkan apa itu kebahagiaan. Saya ingin menuliskan disini sebagian opini dan diskusi yang saya lakukan dengan teman-teman. Apakah isi tulisan ini menggambarkan buku tersebut? Tidak secara keseluruhan. Dan dalam tiga bab awal yang sudah saya baca, rupanya tidak akan membahas tentang itu. Saya tidak akan menjiplak buku tersebut karena saya menghargai buku (karya) tersebut. Jika ingin mengetahui isi bukunya silakan membaca buku orisinalnya. Mula-mula saya hanya mengambil kata "kebahagiaan" untuk didiskusikan dengan kedua teman saya. Kami bertiga memiliki definisi bahagia masing-masing. Tapi, dalam diskusi tersebut bisa ditarik benang merah yang memisahkannya: 1. Bahagia itu kekayaan 2. Bahagia itu rasa syukur Jika kaya raya, memiliki banyak harta, serba nyaman, maka kita akan mencapai kebahagiaan. Begitulah anggapan "bahagia

Tiga Mimpi Bimbi

 Bimbi kecil berlarian, bertelanjang kaki di atas hamparan sabana hijau. Ia menunduk, melihat kakinya yang terasa geli di atas rerumputan. Kemudian ia berjongkok, memperhatikan bunga matahari kuning mekar sempurna. Ia mengambil bunga-bunga tersebut satu-persatu. Ia kumpulkan sampai menjadi untaian bunga matahari yang indah. Bagi tangannya yang mungil untaian bunga itu sudah sangat banyak, maka ia berlari kembali ke arah Ibunya memberikan untaian bunga tersebut. "Buat Mama." Bimbi tersenyum sangat tulus. "Terima kasih banyak, Sayang." Kita tahu, Ibunya bisa saja mengumpulkan bunga-bunga matahari itu sendiri. Tapi cinta seorang anak? Apa yang kita tahu? Hanya untaian bunga matahari yang dikumpulkan Bimbi, yang mampu memahaminya. "Mama senang sama bunga-bunganya?" "Lebih dari sekedar senang, Sayang. Mama menyayangimu." "Aku juga sayang sama Mama." "Gak ada yang bisa Mama kasih buat Bimbi, Mama gak bawa apa-apa." "Gak papa, M

Apa itu Sastra Surealis?

 Saya hanya menemukan penjelasan tentang sastra yang berbentuk surealis dari buku "Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara" karya Seno Gumira Ajidarma (SGA). Dalam pemahaman saya, sastra berbentuk Surealis itu seperti cerpen karya SGA yang berjudul "Sepotong Senja untuk Pacarku". Sepotong Senja untuk Pacarku, mengisahkan Sukab yang seperti judulnya memotong senja menjadi empat bagian sehingga menyisahkan langit yang berlubang. Dari pemahaman yang seperti itu, saya menafsirkan bahwa sastra surealis lebih tidak nyata daripada fiksi tapi masih memperharikan hukum realis dengan cara mempermainkannya. Kita tarik dari dunia seni lukis. Salvador Dali melukis jam dinding yang meleleh. Saya ingat, lukisan tersebut sudah dikenalkan oleh guru SD saya ketika menjukkan contoh karya seni lukis surealis. Lalu dalam pemahaman kecil saya ketika guru menjelaskan bahwa surealis adalah karya yang menunjukkan alam bawah sadar, pendeknya saya memahami itu adalah lukisan yang ada

Di Ujung Dunia

 Aku tak sengaja sampai di ujung dunia Dunia yang belakangnya sudah hilang Dunia yang selanjutnya tidak akan bisa diterjemahkan melalui kata-kata, tidak akan bisa dipintal dalam untaian bahasa Aku lihat dia ada di sana dan berdiri di sana Dengan alis paling indah, mata paling enak dipandang, bibir halus tipis lengkap dengan senyuman. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Dia mulai memudar dari sana, dari ujung dunia.

Entah Masih Menungguku di Depan Gang?

 "Bimbi yang manis, Bimbi yang merupakan seorang gitaris. Apa kamu masih memainkan gitarmu di depan gang? Bimbi yang puitis, Bimbi yang merupakan seorang gitaris. Apa kamu masih menungguku menghadap ke Selatan?" Aku akan pulang satu bulan lagi. 1 Maret, aku akan berada di kampung kita. Aku bayangkan keindahan itu, aku akan melihatmu di depan gang menyambutku dengan nyanyian lagu yang kamu ciptakan sendiri. Aku tahu lagu itu kamu ciptakan untukku, khusus untukku, dan hanya untukku. Bimbi, aku mencintaimu. Australia sepuluh tahun ini sudah cukup untukku. Sudah cukup aku menjadi sekretaris sebuah perusahaan yang ngomongnya was-wes-wos pakai Bahasa Inggris. Awalnya aku cukup gagu untuk berbicara dengan bahasa Inggris, tapi mau bagaimana lagi? Masa iya, aku harus puasa bicara sampai sepuluh tahun ke depan? Aku paksakan saja. Aku bicara menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Inggris susahnya minta ampun Bim. Apa lagi untuk kita yang berasal dari kampung, kita sudah terbiasa dengan akse