Permen Kapas

 Aku adalah orang kota pinggiran, berada di antara batas garis nyata peta

Pergi ke alun-alun kota dengan perempuan paling manis yang pernah ada

Berkendara dengan motor yang ku punya sejak masih di sekolah menengah

Kami mengikuti jalan bermarka, langsung membelah kota menjadi dua


Restoran, toko es krim, bioskop, ada di mal-mal menyala. Mereka gemerlap dan

kamu adalah perempuan yang paling nyata, serasi dengan laki-laki sederhana

Di luar, beberapa toko gelap gulita. Kosong atau hanya buka ketika siang saja dan

kamu tidak memudar, tetap nyata, dan menyala. Aku adalah Si Laki-laki sederhana


Kita masuk mal dan berjalan, "Maaf aku tidak bisa membelikanmu apa-apa"

Kamu bilang tidak masalah. Kamu tidak ingin apa-apa, hanya ingin berjalan saja

"Aku malu tidak bisa membelikanmu apa-apa." Lalu kamu menatapku, tertawa

Kamu bilang, "aku ingin permen kapas." Ku berikan padamu permen kapas merah muda


Kita sudah berada di rumah. Aku melepas sepatuku menaruhnya di rak teras rumah

Aku menutup pagar rumah dan kamu membukakan pintu untuk kita. Lalu tanpa kata

kita berciuman. Aku tak ingin puisi ini dibaca oleh anak-anak karena belum waktunya.

Tapi aku ingin menutupnya dengan kata, "bibirmu manis, seperti permen kapas merah muda"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi