Apa itu Sastra Surealis?

 Saya hanya menemukan penjelasan tentang sastra yang berbentuk surealis dari buku "Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara" karya Seno Gumira Ajidarma (SGA). Dalam pemahaman saya, sastra berbentuk Surealis itu seperti cerpen karya SGA yang berjudul "Sepotong Senja untuk Pacarku".

Sepotong Senja untuk Pacarku, mengisahkan Sukab yang seperti judulnya memotong senja menjadi empat bagian sehingga menyisahkan langit yang berlubang. Dari pemahaman yang seperti itu, saya menafsirkan bahwa sastra surealis lebih tidak nyata daripada fiksi tapi masih memperharikan hukum realis dengan cara mempermainkannya.

Kita tarik dari dunia seni lukis. Salvador Dali melukis jam dinding yang meleleh. Saya ingat, lukisan tersebut sudah dikenalkan oleh guru SD saya ketika menjukkan contoh karya seni lukis surealis. Lalu dalam pemahaman kecil saya ketika guru menjelaskan bahwa surealis adalah karya yang menunjukkan alam bawah sadar, pendeknya saya memahami itu adalah lukisan yang ada seperti di alam mimpi.

Itulah inti yang membedakan antara sastra surealis dengan fiksi, tapi pemisahan ini cukup tipis dalam pengartiannya.

Harry Potter merupakan novel fiksi. Tapi, apakah Harry Potter jauh dari kehidupan nyata? Tidak. Tidak serta-merta jauh, bahkan dalam karya fiksi yang sangat mendunia itu masih disebutkan kementrian, sekolah, dll. yang masih berkaitan dengan dunia nyata, realis. Tapi ketika ia "Harry Potter" menggunakan sihir, ia menjauh dari dunia realis yang menjadikannya sebagai karya fiksi.

Lalu bagaimana dengan fiksi yang dekat dengan dunia nyata seperti Laskar Pelangi, Cantik itu Luka, Gadis Kretek, Koala Kumal, dll.? Dalam pandangan sekilas saja kita sudah dapat mengartikan karya-karya tersebut fiksi, tapi bukan surealis. Karya-karya tersebut sangat nyata (mendekati fakta) yang bahkan mungkin terinspirasi dari dunia nyata dibalut dengan tambahan-tambahan adegan atau dialog yang menjadikkan fiksi.

Bagaimana dengan surealis itu sendiri?

Sastra surealis dalam pandangan saya adalah sastra yang kita membacanya kita seperti masuk ke dalam alam mimpi. Ketika kita membacanya, bayangan-banyangan kita terbawa di alam bawah sadar. Tampak nyata seperti fakta tidak ditambahi bumbu adegan apapun, melainkan mempermainkannya.

Sepotong Senja untuk Pacarku karya SGA, (Sukab) mempermainkan dunia nyata kita dengan memotong senja lalu memberikan senja yang ia ambil itu kepada pacarnya. Sikab menyisahkan langit yang berlubang karena senja yang ia ambil. Itu tidak nyata, tapi masih bisa dibayangkan, dan kehidupan seperti itu ada di alam mimpi kita.

Pendeknya, dalam artian kasar obrolan tongkrongan saya dengan teman-teman. Sastra surealis sering kita anggap absurd. Jelas ini masih bisa lebih panjang lagi diperdebatkan karena hanya ngalor-ngidul obrolan tobgkrongan, dan utamanya istilah absurd itu sangat tidak benar. Surealis-lah kata yang tepat.

Yang saya temukan dari karya surealis seperti ini masih sangat minim. Banyak karya Seno Gumira Ajidarma yang menurut saya surealis. SGA bisa dikatakan penginspirasi untuk karya surealis saat ini. Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia karya Agus Noor, dalam judulnya saja sudah sangat dekat dengan Sepotong Senja dan dengan jujur Agus Noor mengatakan itu untuk SGA.

Memang dunia surealis ini sangat menarik dan menggiurkan. Beberapa puisi dan cerpen yang saya tulis sebelumnya selalu berusaha saya dekat-dekatkan dengan dunia surealis. Semoga saya tidak kelewat narisme untuk mendekatkan karya saya ke dunia surealis. Tidak malu-malu saya mengakui, saya juga terinspirasi menulis realis dari Seno Gumira Ajidarma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi