Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Kau Pasti Tahu

 Apa yang kami makan, belum tentu kau mau. Yang tersentuh oleh kami adalah hal yang mustahil kau mengerti. Kami melihat jalan sebagaimana jalan yang ada. Bergeronjal sana- sini, macet, berputar-putar. Sementara kau, aku yakin jalan yang kau lihat adalah jalan yang mulus, lancar, dan langsung sampai tujuan. Kau pintar, pasti tahu. Aku duduk di depan rumah. Rumah yang mungkin biasa kau sebut gubuk. Berdiri di ujung desa yang tak tersentuh olehmu. Kayu, rajutan bambu, dan atap genteng tambal sana- sini. Kalau panas, cahaya matahari akan masuk melalui celah genteng yang membuat rumah kami terang. Kalau hujan sebaliknya. Kau pintar, pasti tahu. Hutan, gunung, sawah, dan lautan. Simpanan alam yang aku tidak mengerti kenapa simpanan itu bisa di rampas. Aku bodoh, tak sepertimu. Aku tahu kau pintar, simpanan yang hilang sana- sini itu, pasti kau kemana musnahnya. Aku orang bodoh, lugu, miskin pula. Karena jalan yang berlubang dan rumah yang reyot itu terlilit pajak. Kau pintar, pasti tahu.

Kalau Kita Lagi Sepi

 Kalau kita lagi sepi, bahagia terasa jauh sekali Kalau kita lagi sepi, kosong terasa tampak sekali Kalau kita lagi sepi, tangis terasa tahan sekali Kalau kita lagi sepi, nelangsa terasa dekat sekali Kalau kita lagi sepi.

Anak Rusa

 Anak rusa itu dalam cengkraman singa betina. Ia bisa mendengarkan suara perut singa betina yang keroncongan. Ia sadar, seluruh tubuhnya jika dimakan, tidak akan mengenyangkan. Maka ia berdoa, "Tuhan, beri aku kepintaran. Agar aku mengerti apa maksud singa betina, yang tak langsung memakanku. Padahal perutnya sudah bunyi keroncongan." Lama singa betina itu masih membiarkan anak rusa di sampingnya. Sesekali anak rusa mencoba untuk lari darinya. Namun, cepat kukunya menancap pada tubuh anak rusa yang urung larinya. Maka anak rusa itu paham, "aku hanya dijadikan umpan. Agar keluargaku sesama rusa berjuang menyelamatkan. Padahal, sia-sia belaka mereka yang berjuang karena singa betina ini pasti akan langsung menerkam." Seekor rusa pemberani mencoba menyelamatkan Si anak rusa lari saat itu juga. Lebih cepat larinya rusa pemberani daripada anak rusa. Maka, dengan sebal singa betina kembali menancapkan kuku-kukunya pada anak rusa. Anak rusa lagi-lagi tidak terselamatkan. I

Beri Aku Tanda, Sayang

 Apa kita sedang berjalan di jalan yang benar Meniti jarak yang tak lagi kita pikirkan Apa kita sedang berjalan ke arah yang benar Melangkah dengan harap, lupa sebelumnya Kamu tidak pernah mengatakan apa-apa Kamu tidak pernah memberikan tanda: Marah, sedih, sebal, atau hal-hal duka lainnya. Hingga, kamu pergi. Itu satu-satunya tanda. Tidak semua salahmu. Kita, juga salahku. Salahku, aku tidak pernah bilang padamu, "aku suka kamu." hanya karena aku takut jawabanmu. Aku tidak akan mengatakan itu. Kita tidak tahu apakah ini jalan yang benar Aku diam, kamu meniti jarak semakin leluasa Kita tidak tahu sejak kapan jadi tak terarah Aku diam, kamu melangkah jauh dari kita

Layang-layang

 Sore itu seorang bocah bermain layang-layang Ia tak bersama dengan teman-temannya, yang satu pergi ke rumah nenek sekeluarga, yang satunya sedang ikut bapaknya beli meja, yang satunya lagi ia tidak tahu, sedang tidak di rumah. Maka ia menaikkan layang-layang itu sendiri. Biasanya, anak-anak kecil itu saling bantu. Mereka berempat jadi berdua. Satu yang menarik layang-layang, yang satunya memegangi sebelum diterbangkan. Lalu, mereka akan beradu layang- layang. Ketika yang satu kalah dan layang-layang terbang. Dua yang tidak menerbangkan layang- layang akan lari mengejar. Ketika dapat, maka mereka bergantian menjadi penerbang layang-layang. Tapi hari ini ia sendiri. Tidak ditemani oleh teman. Ia berniat menunggu seorang teman, sembari menerbangkan layang-layangnya sendiri tanpa lawan. Senja mulai menyapa, terang mulai pamit. Teman-temannya tetap tak ada yang datang. Gelap, hingga layang-layang tak kelihatan lagi. "Tak peduli teman-temanku tak datang. Akan aku tunggu malam. Aku akan

Dua Burung di Dua Sangkar

 Dua burung di dua sangkar, mereka berdekatan Tapi mereka tak pernah saling bercerita. Karena pemilik mereka, lebih sayang pada burung yang pandai menyanyi. Mereka berlomba menjadi yang paling dicintai oleh pemiliknya. Bambu-bambu itu memisahkan mereka. Bambu-bambu itu membelenggu mereka. Suatu waktu burung yang di alam bebas menghampiri mereka. Burung bebas bilang, "Boleh aku meminta makananmu sedikit saja? Di luar sana tidak ada lagi makanan untuk saya." Burung dalam sangkar utara tidak memberikan makanannya, "Kau saja yang terlalu malas. Dunia itu luas, tidak sempit seperti sangkar. Makanan lebih banyak daripada dalam sangkar. Enyalah saja." Burung itu memelas kepada sangkar selatan. Burung dalam sangkar selatan bilang, "akan kuberikan padamu makananku. Tapi aku minta padamu, ceritakan tentang dunia bebas diluar sana. Dunia yang tak pernah aku jamah." Dengan cepat burung dalam sangkar selatan memberikan sedikit makanannya untuk membuka cerita. Diceritak

Orca and The Great White Shark

 She said, "I cant met you. Until that orca kids know. How to kill the great white shark." How do I know, I can't even just know this orca and that's dolphine. I never know. How do I know, when the orca kids learn to hunting the great white shark. I never know. Someday, if I'm still not with you I'll know. That orca hunting for the great white shark just for the liver. "does it mean, what?" I bet, you'll never asking me that.

T.S

 "Aku suka penyanyi itu, sejak dia menyanyikan tentang pengantar tidur. Ia membuatku tidur lebih cepat. Aku suka mendengarkan suaranya." "Aku juga menyukainya, belum lama. Aku juga suka mendengarkannya ketika aku mau tidur. Ia begitu menenangkan. Aku tidak merasa kesepian karenanya." Begitulah kita cocok. Dari tidak saling kenal, mengenal, berbincang, dan dekat. Hingga, aku merasa, "aku butuh kamu." Tapi, kita memutar balik semuanya. Dekat, sedikit berbincang, sampai tidak lagi saling mengenali.

Kangen Kuliah

 Saya merindukan suatu suasana: Perkuliahan. Rasanya seperti munafik untuk mengatakan, "saya rindu masa kuliah." Bagi diri saya yang dulu masih semester satu dan belum beradaptasi dengan dunia perkuliahan, merindukan kuliah adalah hal yang jauh-jauh dari hidup saya. Tapi saya berubah, saya bukan Jagad yang dulu masih semester satu. Saya adalah Jagad yang telah lulus dan memang merindukan kuliah. Saya pikir, saya merindukan bukan berarti menyesali sesuatu yang telah terjadi pada masa perkuliahan. Saya merindukan suasana tersebut karena apa yang sudah saya lewati, saya merasa terkesan. Baru-baru ini, pada tulisan saya sebelumnya, saya pernah menyinggung tentang kuliah filsafat yang ada pada suatu kanal Youtube. Dalam waktu luang dan tengah lelah membaca buku. Saya menyempatkan untuk mendengarkan kuliah tersebut. Saya sedang mengikuti kuliah hermeneutik sekarang. Perkuliahan tersebut saya ikuti dengan memasang earphone di telinga saya. Yang terjadi ketika saya mengikutinya, saya

Tindihan dan Mimpi Aneh

 Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengalami tindihan. Ajaibnya, karena saya suka menulis dan tidak ingin kehilangan sumber inspirasi. Setelah tindihan itu saya langsung menulis apa yang saya mimpikan di WhatsApp. 24 Juni 2014. Pada kolom chat saya menuliskan: tindihan 2x mimpi pertama pakai mobil yang distop pengamen nenek nenek tengah jalan. mobil digaret lalu berdebum keras. mimpi kedua, tetap pakai mobil. karena bumpy road, otak berasa dikocok keras banget. Ketiganya saya tulis pada 01.09 sampai 01.11 (saya menulis setelah mimpi kedua terjadi) Jujur saja, seumur hidup saya tidak pernah tindihan sampai menjelang skripsi. Saya yang menulis skripsi selalu inginnya dari pagi sampai malam terus-terusan. Ketika mau tidur, saya selalu bisa memperkirakan kalau saya akan mengalami tindihan nanti. Bukan karena sok-sok mengerti hal yang begitu. Namun, saya mengalami tindihan berkali-kali di masa-masa menyusun skripsi, dan tindihan itu selalu terjadi ketika saya merasa terlalu capek. Jadi d