Langsung Saja, Serba Cepat

 Ketika semua hal berubah menjadi begitu cepat. Saya bisa mendapatkan banyak hal dengan instan. Tapi, ketika semua hal berubah menjadi terlalu cepat. Saya tidak bisa membuat batinku lebih halus dan tajam. Ibarat sebilah pisau, saya menjadi pisau yang gampang tumpul karena tidak diasah dengan hati-hati.

Hal ini saya rasakan terutama ketika sedang membaca buku. Saya seringkali menjadi reading slump. Tiba-tiba kurang menikmati bacaan apalagi buku tersebut memiliki alur yang cukup lambat. Untuk buku-buku nonfiksi, saya merasa banyak informasi didapatkan tanpa harus membaca buku.

Buruk. Sangat buruk. Saya tidak mengerti kenapa bisa berubah menjadi serba cepat dan gampang membosankan seperti ini. Karena, beberapa kali saya menonton video  panjang di youtube, dengan sengaja saya mengubah kecepatan menjadi 1.25 atau bahkan 1.5.

Hal buruk yang saya sadari adalah, informasi tersebut memang masuk ke dalam otak. Saya memahami konteks yang dibicarakan oleh content creator youtube tersebut meskipun sudah saya percepat. Tapi, saya merasa saya hanya menelan tanpa mengunyah baik-baik.

Hasilnya? Saya merasa tumpul karena informasi yang masuk itu tidak memberikan waktu pada otak untuk merespon. Otak memahami dan menerimanya, tapi tidak mampu meresponnya. Sehingga otak saya yang hanya menelan informasi itu tidak mampu berpikir secara kritis.

Menjalani kehidupan yang serba cepat seperti itu membuat saya, dalam beberapa hari terakhir kesulitan untuk menulis. Saya sering merasa kosong ketika dihadapkan oleh tampilan kosong dalam kolom tulisan. Otak saya membendung banyak hal yang saya sendiri tidak mampu mengeluarkannya.

Seperti penggerutu tua yang mengutuki perkembangan zaman. Saya merasa TikTok ikut andil dalam dunia yang serba cepat seperti ini. Ketika menonton video TikTok banyak hal atau informasi yang disajikan dengan cepat. Cara ngomongnya pun cepat tidak memberikan jeda sama sekali. Ini membuat saya terbiasa dengan menerima informasi dengan cepat, yang jika menonton video youtube terasa sangat lambat.

Tapi, mau bagaimana pun dunia akan terus berubah dan berkembang. Bukan disitu letak kesalahannya. Bukan pada TikTok atau pembuat konten yang berbicara dengan begitu cepat. Tapi pada diri kita sendiri. Kasus pribadi saya sendiri, karena saya sudah jarang keluar rumah mungkin dalam satu minggu ini. Sehingga tidak berbincang dengan teman secara langsung yang terdapat beberapa jeda dalam obrolan, yang memberikan saya peluang lebih untuk berpikir.

Memang yang seharusnya tak bergerak cepat tidak harus dipercepat. Kita tidak bisa memaksa kura-kura untuk mengendarai pesawat. Toh, saya yakin, meskipun tidak bisa memahami bahasa kura-kura. Si kura-kura pasti tidak menikmati hal tersebut. Begitu juga yang cepat, tidak harus diperlambat. Karena citah tidak akan mendapatkan makanan jika tidak boleh berlari cepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi