Buku Pertama yang Saya Beli

 Kenapa buku pertama yang kita beli akan selalu berkesan?

Buku pertama yang saya beli adalah, "koala kumal". Saya belum pernah sama sekali membeli novel, komik, atau apapun itu yang berupa bacaan sampai buku Koala Kumal dari Raditya Dika itu diterbitkan. Ketertarikan saya terhadap dunia buku sangat-sangat terlambat.

Koala Kumal diterbitkan pada tahun 2016, saya sudah berumur 15 tahun ketika buku tersebut terpajang di toko buku dalam mall. Mula-mula saya tidak pernah tertarik untuk membelinya, tapi karena waktu itu saya dan teman saya ingin menonton film dengan judul yang sama Koala Kumal sudah habis tiketnya. Saya yang penasaran dengan karya Raditya Dika memutuskan untuk (pertama kali) membeli buku.

Jadi hanya karena itu? Tentu tidak. Jika ditarik kembali ke belakang. Terjadi suatu permicu yang mempengaruhi keseluruhan hidup saya, setidaknya sampai pada waktu saya menulis ini.

Singkat cerita, waktu itu saya mempunyai teman perempuan di mana dia punya banyak buku. Ketika saya menjemput dia ke rumahnya. Saat itu saya dengan orang tuanya berbincang di ruang tamu. Sekilas dari tempat saya duduk, saya dapat melihat sebuah meja yang ada di lorong menuju bagian inti rumah. Di atas meja itu ada tumpukan buku.

Saya tidak tahu entah bagaimana, takdir seperti ditentukan pada saat itu juga. Sedikit berlebihan, tapi memang terjadi seperti itu.

Saya sebelumnya adalah orang yang melakukan hal yang itu-itu saja. Tidak buruk, juga tidak terlalu baik pada bidang akademik di sekolah. Namun saya menyadari kemampuan di bidang IPA atau Matematika lebih baik daripada bidang bahasa. Sehingga tidak pernah terlintas dalam kepala saya untuk membeli buku fiksi.

Alibi selanjutnya adalah, hobi buku ternyata cukup mahal bagi kantong tipis seperti saya. Sebelum maniak terhadap buku, saya selalu menggunakan uang saku sekolah saya untuk membeli kaset PS. Saya merasa sangat senang ketika ada game baru yang bisa saya mainkan. Toh, kaset PS bisa dapat sepuluh jenis game jika dibandingkan dengan satu buku Koala Kumal. (Bukan alasan untuk melakukan pembajakan buku, lebih baik menabung kalau memang belum cukup uang!)

Setelah melihat tumpukan buku di rumah teman saya itulah, dan beberapa perbincangan kami tentang buku, saya mengubah kapal tujuan hidup. Saya jadi suka membaca buku, menulis, dan bersinggungan dengan hal-hal yang berbau sastra.

Jadi, katalis dari apa yang sedang saya lakukan sekarang terjadi hanya beberapa detik saja. Kalau saya tidak melihat tumpukan buku itu, sudah pasti saya tidak sedang menulis ini sekarang. Selain tumpukan buku tentu teman saya itu juga menjadi katalis, kalau saja saya tidak berteman dengannya saya tidak akan melihat tumpukan buku itu.

Katalis terakhir yang tidak kalah penting adalah buku Koala Kumal Raditya Dika. Seandainya saja buku itu tidak menarik, membosankan, atau kesan buruk lainnya. Mungkin saya tidak akan menjadi suka terhadap buku. Tapi karena buku itu membuat saya kecanduan untuk membaca suatu cerita. Berhasilah sepenuhnya kapal cita-cita saya, saya ubah menjadi pecandu buku dan doyan nulis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi