Kesopanan dan Kejujuran

 Jika kita tengah berperilaku sopan, ada setitik kejujuran yang terabaikan. Jika kita tengah berperilaku jujur, katanya agak kurang sopan.

Keduanya hal baik yang sangat susah untuk dilakukan secara bersamaan. Kita bisa bilang ke orang, "wah dia baik banget!" Tapi dalam hati kita bilang, "dia baik, tapi engga sebaik itu juga sih." Kita juga bisa bilang, "gila! Jagad dekil banget!" hal itu sepenuhnya jujur. Namun, ada perasaan kayaknya kurang sopan deh.

Bukan berarti orang yang sopan itu pembohong. Atau, bukan berarti orang yang jujur itu kurang ajar. Tapi keduanya sulit dilakukan pada saat yang bersamaan. Hanya orang yang benar-benar tulus yang dapat melakukannya. Sementara ketulusan, sangat sulit didapatkan.

Kadang ada seorang teman yang membutuhkan bantuan kita. Seorang teman itu adalah teman yang sangat dekat bagi kita. Kita pasti ingin sekali membantu teman tersebut. Namun, sayangnya kita bukan robot ataupun google yang akan selalu tersedia. Kadang ketika dimintai bantuan ada saat-saat yang kurang tepat. Entah karena kita juga habis kena musibah, atau kita juga sedang tidak enak mood, dan lainnya.

Dalam situasi yang seperti itu. Jangan melihat teman yang kita mintai bantuan sebagai orang yang jahat, ketika mereka sedang tidak bersedia membantu. Kita harus memaklumi bahwa ada orang yang sopan, ada juga orang yang jujur. Orang yang sopan biasanya akan mengusahakan untuk membantu padahal sebenarnya enggan. Orang yang jujur biasanya dengan segera menolak, dan dengan itu ia sama sekali tidak membohongi kita.

Kesopanan dan kejujuran tidak terlepas dari pemerolehan pertama kita di dunia ini. Bagaimana orang tua kita mengajarkan tentang kesopanan dan kejujuran secara terpisah. Memang keduanya terpisah. Sopan berarti kita bersikap hormat atau beradab dan baik dalam bertingkah laku. Jujur berarti lurus hati, tidak berbohong.

Orang tua ketika kita masih kecil sering mengatakan, "harus sopan ya ke orang lain." Lalu ada lagi pelajaran yang diberikan seperti, selalu katakan permisi kalau lewat di depan orang lain. Selalu katakan terima kasih kalau diberi sesuatu oleh orang lain. Banyak sekali tingkah laku sopan yang diajarkan kepada kita.

Sayangnya, kadang itu seperti sebuah pemrogaman yang tidak didasari rasa jujur. Kadang ketika lewat di depan tetangga kita yang tengah berada di teras, kita enggan untuk sekedar mengucapkan permisi. Atau yang pernah saya alami ketika masih kecil adalah ucapan terima kasih.

Mungkin ini hal kecil yang terlupakan oleh Ibu saya, tapi saya masih mengingatnya dengan lekat. Ketika dikasih kamu harus mengucapkan terima kasih. Suatu waktu saya beli di warung, ketika jajan yang saya pilih diberikan kepada saya dan saya membayarnya. Ibu saya mengajarkan, "bilang terima kasih ya!"

Hari itu saya begitu mengejar apa maksudnya. Padahal kan kita bayar jajan itu. Saya tidak merasa meminta dan saya tidak merasa diberi. Saya sepenuhnya membeli dengan uang kepemilikan saya. Lalu ibu saya bilang, "kan itu dikasih jajan, ya harus terima kasih, jajannya kamu makan kan?"

Jujur saja. Saya sepenuhnya menolak percaya bahwa saya diberi jajan. Saya lebih merasa membeli jajan. Maka dengan ajaran itu, saya mulai menerapkannya. Ketika saya membeli di warung itu dan mengucapkan terima kasih. Pemilik warung tersenyum dan membalas saya dengan ucapan, "sama-sama." Sejak itu saya mengalami perasaan yang senang ketika kita berperilaku sopan kepada orang lain. Namun seperti yang kita tahu, rasa sopan itu tidak berawal dari rasa kejujuran.

Sementara jujur, juga sering kali menyampingkan rasa sopan itu. Bayangkan saja jika seorang telah berdandan dan karena kita tidak terlalu mengerti mengenai make up, kita bilang ke orang yang sudah dandan itu, "Ah biasa aja, gak ada bedanya!" Atau ketika seorang bayi lahir, dan kita bilang, "bayinya biasa aja sih." Jujur yang seperti itu lebih ke arah kurang ajar bukan?

Untuk menggabungkan keduanya. Kita harus memiliki ketulusan. Bukankah jujur berarti juga tulus? Bayngkan saja ketika seorang bayi lahir dikatai biasa aja gak ada menarik-menariknya? Jujur sih dan tulus lagi. Tapi bukan itu poin tulus yang dimaksudkan.

Ketulusan yang dimaksud adalah ketulusan ketika kita mau melakukan itu dengan sepenuhnya dan berimabas pada rasa senang atau bahagia. Ketika orang sedang menjalankan ibadah, salat. Orang itu berangkat dengan perasaan ingin melakukan salat dengan tulus, bukan karena perintah orang lain atau mengharapkan iming-iming atau imbalan karena melaksanakan salat. Orang tersebut memang ingin melaksanakan salat dengan tulus.

Bagaimana cara melaksanakan ketulusan? Dengan cara pembiasaan.

Contoh kasus, ketika kita mengucapkan terima kasih. Mungkin pada awalnya kita merasa enggan atau kita merasa tidak perlu mengucapkannya. Tapi seiring berjalannya waktu dan kita menyandingkannya dengan ucapan yang jujur. Kita merasa seperti kata terima kasih adalah kata yang memang kita ingin mengucapkannya. Tanpa peduli ucapan itu akan dibalas atau tidak.

Ketika kita menolong orang. Tiba-tiba saja kita ingin menolong. Ada orang jatuh dipinggir jalan, pasti kita menolong orang tersebut. Bukan karena ingin dianggap sopan atau jujur. Tapi karena kita ingin menolong orang tersebut. Jika hal itu dilakukan dengan sering, maka ketulusan akan membarenginya. Ketulusan juga tidak bisa digurukan, tapi memang berjalan dengan begitu adanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi