Orang yang Problematik!

 Bagaimana menyelesaikan hubungan dengan orang yang problematik?

Bahasa memang selalu berputar dan siklus perputarannya selalu sulit diprediksi. Aku menganggap ungkapan orang "problematik" ini merupakan peralihan dari kata yang mungkin hampir basi "toxic". Keduanya memiliki kesamaan, mungkin beberapa tahun lagi penyebutannya bukan lagi problematik, dan toxic sudah benar-benar ditinggalkan.

Cara menyelesaikannya tergantung pada intensitas keinginanmu. Menyelesaikan dengan cara memberi dia pelajaran, atau hanya sekedar menyelesaikan untuk dirimu sendiri?

Lagi-lagi, mari kita bahas ini dari sisi yang paling jahat. Kemungkinan jahat, membalas orang problematik dengan kejahatan.

Apakah orang yang problematik itu jahat? Belum tentu. Kadang gak jahat, tapi menyusahkan.

Kita gunakan saja salah satu artikel IDN Times sebagai acuan yang menjelaskan sikap orang problematik.

https://www.idntimes.com/life/inspiration/daysdesy/tanda-kamu-orang-yang-problematik-c1c2?page=all ¹

5 tanda tersebut, benar-benar tidak mencirikan orang jahat. Tapi benar-benar menyusahkan. Ini yang menyebabkan beberapa orang yang gampang risih mempunyai keinginan untuk memutuskan hubungan dengan orang yang problematik.

Cara jahat untuk memutuskan hubungannya adalah penuh niatan melakukan negasinya. Kita ambil contoh satu dari lima tanda yang diungkap artikel di atas.

"Selalu berekspetasi kepada orang lain."

Lakukanlah negasi dari ekspetasi orang problematik tersebut. Buatlah dia kecewa, lebih bagus kamu bisa membuat orang itu sangat kecewa. Melalui cara ini, memutuskan hubungan pasti akan sangatlah mudah.

Bukankah membuat orang kecewa itu jahat? Ya, aku bilang di awal itu cara jahat dan ternyata cukup simpel untuk memutuskan hubungan.

Lalu gimana cara yang setidaknya lebih baik?

Gak akan ada cara yang lebih baik untuk memustuskan hubungan. Cara yang lebih baik, ya tetap berhubungan. Bukannya akan sangat meresahkan, dan tujuan dari pembahasan ini adalah memutuskan hubungan dengan orang problematik?

Ya, cara yang lebih baik adalah dengan cara perlahan.

Coba memberi tahu apa kesalahan yang "orang problematik" tersebut lakukan. Pelan-pelan. Merepotkan? Engga sih, jangan terlalu membesar-besarkan masalah. Menurit artikel, membesar-besarkan masalah termasuk tanda orang problematik. Akan susah menyelesaikan masalah anatara orang problematik dengan orang problematik, dengan kata lain sama-sama problematik, atau problematik kuadrat.

Lalu jika ia tidak bisa diberitahu secara pelan-pelan? Ya, sudah. Pelan-pelan juga mencoba memutuskan hubungan. Itu cara terbaik yang dapat dilakukan.

Tapi menurutku, menghindari "membesar-besarkan masalah" itu jalan yang paling enak untuk diambil sih. Masih berpegangan pada salah satu tanda orang problematik itu, lalu mengaplikasikannya dengan menghindarinya agar kita tidak termasuk orang problematik. Jalan tengah yang paling nyaman untuk diambil.

Ya, seharusnya tidak ada artikel ini, yang membesar-besarkan orang problematik.

...

Apa ternyata aku juga orang problematik? Tolong, aku tidak punya pikiran yang solutif dan aku berharap teman-teman yang membaca ini tidak menghujatku.



¹ Ada baiknya membaca dulu artikel yang aku kutip di atas. Karena ulasan dibawahnya berhubungan dengan artikel tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi