Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Ya, Nona?

 Ya, Nona. Di sinilah kamu membaca suratku. Surat yang ditulis oleh laki-laki berusia 22 tahun kepada seorang gadis berusia 18 tahun. Ya, Nona. Kamu tahu ini bukan masalah tentang perbedaan umur. Sebelum aku memulainya. Maaf, aku ingin mengingatkanmu pada kejadian buruk terakhir kali kita bertemu. Apa kamu masih mengingat kita dalam pertengkaran malam itu? Ah, terlalu berlebihan ya, kalau itu aku sebut sebagai pertengkaran? Baiklah, hanya perdebatan. "Biarkan aku pergi." Kalimat itu yang aku katakan. Kalimat itu yang diucapkan oleh laki-laki berusia 18 tahun. Kalimat itu yang menciptakan laki-laki yang kini berusia 22 tahun. Kalimat itu yang menjadi awal perjalanan hidup selama 4 tahun yang telah terjadi. Aku bilang padamu. Kalau aku tidak bisa mengambil keputusan yang terlalu besar dengan berjanji, "kita akan selalu bersama." Aku bilang bahwa aku masih terlalu muda, dan kamu juga masih terlalu muda, kita masih terlalu kecil untuk mengucapkan kata, "selamanya.&

Sepotong "Kasihan"

 Sepotong surat yang kau kirimkan Minggu lalu, berisikan kata "kasihan" aku yang tidak mengerti, mencoba mencari tahu apa itu "kasihan"? Aku mulai mencarinya dengan memahami apa yang tak pernah kau katakan Temuan awal berupa segala kekurangan diri- ku, yang kau beri rasa "kasihan" Sungguh aku menemukan rasa kasihan dengan penuh rasa syukur Sungguh aku menemukan rasa kasihan yang tak pernah dapat diukur Lalu aku menetap di hatimu, yang kau beri rasa kasihan. Aku ada disitu berlama-lama. Hingga rasanya ingin sekali aku mendekap, berlindung, dengan rasa kasihan itu. Karena kenyamanan itu, tiba-tiba aku merasa rasa kasihan menjelma menjadi seekor harimau. Rasa kasihan ternyata memiliki taring, memiliki cakar, yang sewaktu-waktu dapat membunuh. Kerendahan hatimu memang menyejukkan tapi kerendahan hatimu juga melemahkanku Kebaikan hatimu memang begitu menenangkan tapi kebaikanmu juga memberi rasa cemburu Aku masih tidak mengerti maksud suratmu Apa karena rasa ka

Dia dan Selamat Tinggal

 Dia dan Selamat Tinggal, selalu berdekatan Dia dan Selamat Tinggal duduknya berdampingan Dia dan Selamat Tinggal seperti kembaran Dia dan Selamat Tinggal tidak dapat dipisahkan Dia, menggandeng Selamat Tinggal berjalan bersama Selamat Tinggal bermimpi tentang Selamat Tinggal ya, Selamat Tinggal!

Aku ini Pencuri

 Di tengah malam, diam-diam aku mencuri sebuah kenangan membobolnya dari rumah kita yang lama, yang temboknya telah usang Aku membawa lari curian, lalu pergi Aku harap curianku bisa sampai  menggapai dunia di balik mataku ini semata agar aku bisa bertemu denganmu di mimpi Ah, aku tidak mungkin tertangkap. Karena kita detektifnya Waktu dulu ketika aku bilang, persilakan aku menjadi Sherlock Holmes. "senang bersamamu patnerku, Watson." kamu tertawa. Itu jadi salah satu barang curianku. Lalu aku mengambil lainnya lagi. Anggap saja sekarang aku ini maling yang paling handal. Aku berhasil mengambil seluruh isi rumah kita, yang lama. Semuanya... benar-benar semuanya sampai bersih Aku tahu kamu tak akan pulang Kalau kamu sudah pulang, aku ingin kamu... Aku tahu kamu tidak mungkin pulang kan? Kalau kamu benar-benar pulang. Aku... Aku ingin ... ... ...... .

Man with The Scourge

 The sunshine is fading away, through the savanna grey sky A mansion behind the alley Does it become my worst day? A little monster hanging around me I thought it will not kill me easy Then, something makes me wonder A little monster grows bigger and bigger Did every mankind feel it ... Could they pass and kill it ... To be a men, to be a woman Must feel this scourge, to encourage?

Menjalani Skripsi

 "Kemana kau pergi selama ini?" Mengerjakan skripsi. Memenuhi ambisi. Membuat rencana apa yang akan aku lakukan setelah skripsi selesai. Memperkirakan keindahan yang akan terjadi. "Lalu?" Rencanaku sangat matang. Aku bisa memperkirakannya, kesuksesanku begitu dekat dengan rencana yang penuh persisapan seperti ini. Rasanya aku tidak akan mengalami kebingungan ditengah jalan nanti. "Bagus, aku mengenalmu. Kau memang orang yang penuh dengan strategi." Kau juga mengenalku bahwa rencana-rencanaku banyak yang menggunung. Menumpuk begitu saja, sukses menjadi tumpukkan mimpi yang tidak nyata. Bukan begitu? "Tentu! Maka dari itu aku ingin kau menceritakannya lagi." Aku sudah lelah. Aku tidak ingin menceritakannya lagi, apalagi secara langsung seperti ini. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Tapi, bolehkan aku tetap di sini" Kalau begitu lebih baik aku cerita. Daripada kita hanya diam di sini. "Aku tidak memaksamu, hahaha. Tapi silakan jika