Laki-laki yang Dikutuk Menjadi Kupu-kupu

 "Lihat bagaimana kau mengubahku?!"

Suara itu tak akan terdengar. Karena itu bukan suara manusia yang bisa didengar oleh telinga manusia. Itu suara seekor kupu-kupu yang ada di sebuah taman, kupu-kupu yang hanya satu ekor saja tanpa sekumpulan lainnya. Bisa kita anggap kupu-kupu itu bicara sendiri, karena tidak ada telinga kupu-kupu lain yang mendengarnya.

Kupu-kupu jantan itu terbang kesana-kemari. Ia tidak pernah menjadi kupu-kupu seumur hidupnya, ini kali pertama dan hari pertama ia menjadi kupu-kupu jadi ia tidak mengerti apa yang harus dilakukan ketika menjadi kupu-kupu. Yang ia tahu sekarang hanya terbang. Terbang tanpa arah, hanya terbang kesana-kemari.

"Aku ini kupu-kupu yang membahagiakan atau hanya seekor kupu-kupu yang malang?"

***

Mula-mula ia adalah seorang laki-laki dewasa normal selayaknya manusia. Ia berkaki dua, bermata dua, bertangan dua, dan bertitit satu. Ia menjalani harinya sebagai seorang wartawan dengan normal-normal saja. Ia datang ke kantor berita tempat ia bekerja pukul setengah delapan pagi. Ia akan pergi ke lapangan mewawancarai narasumber setelah membuat konsep di kantornya. Lalu akan pulang ketika jam kerjanya habis.

Hari itu. Ia berharap harinya terlewati biasa saja, tepat seperti apa yang selalu direncanakannya.

Di kantor ia telah memegang sebuah konsep wawancara yang sudah disetujui oleh pimpinan. Ia akan pergi ke sebuah taman bermain di belakang sebuah mall yang terletak di tengah kota. Ia akan melakukan servei mengenai keberadaan taman tersebut. Apakah taman itu dibuat karena suka-suka atau untuk kepentingan kebahagiaan masyarakat.

Ia tiba di taman tersebut. Di taman itu ada jungkat-jungkit, perosotan, ayunan, dan beberapa mainan anak lainnya. Taman itu dikelilingi pohon-pohon besar namun tidak terlalu rindang sehingga tidak menghalangi sinar Matahari. Taman itu sangat terang dan cerah ketika ia sampai disana.

Lalu ia melihat sepasang kekasih yang sedang mengamati seorang anak perempuan dan laki-laki dari tempatnya duduk. Dalam bayangannya, sepasang kekasih itu mungkin akan berakhir dengan menikah, lalu beranak pinak dan duduk di taman bermain ini beberapa tahun ke depan di tempat duduk yang sama untuk bernostalgia.

Ia mendekat ke pasangan tersebut. Karena tiga bulan lagi ia akan menikah, ia ingin merasakan kebahagiaan yang seperti itu, ia ingin tertular. Dengan melangkahkan kakinya mendekati tempat duduk sepasang kekasih itu, ia berniat untuk mewawancarai mereka.

Wawancara. Pekenalan. Beberapa pertanyaan yang sudah dikonsep. Sejauh yang ia bayangkan, percakapannya dengan sepasang kekasih itu berjalan dengan sangat mengasyikan. Maka ia merasa tak salah duga lagi bahwa sepasang kekasih di depannya itu adalah sepasang kekasih teromantis yang pernah ia temui.

Percakapan yang mengasyikan itu membuatnya sedikit bertingkah berlebihan. Wawancara dan data-data yang ia ambil sebenarnya sudah cukup. Tapi ia merasa sayang jika melewatkan sepasang kekasih itu dengan begitu saja tanpa menanyai hal lain yang menurutnya juga cukup penting.

"Mas, bagaimana Mas bisa seromantis itu dengan pasangan Mas?" Ia bertanya kepada si laki-laki.

Dengan berlagak seperti pahlawan, si laki-laki itu merasa tersanjung diberi pertanyaan seperti itu. Seakan itu adalah pertanyaan yang memang seharusnya ditanyakan daripa wawancara yang sudah. Laki-laki itu menjawab, "karena saya selalu berseda melakukan apapun yang pacar saya mau, Mas!" Laki-laki itu mengatakan dengan sangat bangga. Lalu memandang si perempuan yang duduk menutup mulutnya dan tersipu malu.

***

Senja, ia masih berada di taman tersebut. Menikmati taman yang mulai sepi dan menunggu Maghrib untuk melaksanakan ibadah. Sepasang kekasih tadi sudah pergi, dan sebelum pergi si laki-laki sempat menghampirinya lalu mengatakan, "terima kasih Mas atas wawancaranya!" Lalu ia pergi dengan si perempuan yang sudah menunggu di pinggir taman.

Keinginannya untuk menjadi kekasih yang juga romantis sangat menggebu. Apalagi ia akan menikah tiga bulan lagi. Maka sebelum Matahari berpamit dan azan bermukandang ia menelpon kekasihnya. Ia berjanji kepada dirinya sendiri akan menuruti apa pun yang kekasihnya inginkan nantinya.

Ketika menunggu untuk tersambungkan dengan kekasihnya ia jadi ingat dulu waktu kecil Ibunya pernah berkata, "Nak, apapun yang kamu katakan ketika azan maghrib akan di dengar oleh Tuhan." Ia ternyum mengingat-ingat itu. Betapa bahagianya ia merasa apa yang diinginkan oleh kekasihnya bisa dikabulkan dengan bantuan Tuhan. Ia merasa Tuhan merestuinya.

"Hallo?"

"Sayang,"

"Iya, tumben langsung telepon?"

"Ya, aku cuma ingin tahu apa yang kamu inginkan?"

"Kamu tuh ya, aneh. Sekalinya langsung telepon langsung aneh."

"Gak pernah berkurang ya ngatain aku aneh?"

"Abis emang aneh dan selalu aneh. Mana ada pertanyaan seperti itu. Kamu wartawan, kasian para narasumbermu kalau harus menghadapi pertanyaan yang aneh-aneh seperti itu."

"Itu bukan aneh, masa pacarnya tanya 'keinginan pasangannya' dibilang aneh?"

"Aku ingin kamu."

"Aku lagi serius ... "

Hening beberapa saat. Ia merasa kekasihnya sedang memikirkan sesuatu yang benar-benar diinginkannya. Dan ia sendiri yakin, ia akan berusaha mewujudkannya.

"Aku suka kupu-kupu. Aku ingin kupu-kupu!"

Lalu azan berkumandang. Tuhan membantu mewujudkannya!


Malang, April 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi