Tiba Waktu Mati

 Betapa ia begitu jahat, tak pernah behenti

sekalipun aku memohon untuk dikasihi.

Betapa ia begitu kejam, bagai tak berhati

sekalipun aku berlutut untuk dikasihani.

Oh Tuhan, tidakkah bisa saya tetap disini?


Ia memegang pedang ditangannya, siap menerjang

Bagaimanapun saya menghindarinya, percuma.

Nama saya sudah tertulis di pedangnya yang mengkilat,

tajam, bersimpah darah merah bekas orang-orang

yang sudah dibunuh, diambil nyawa olehnya. 


Ia selesai dengan pedangnya, kini aku mati.

Tak bernapas lagi. Tapi ia belum selesai dengan ini.

Maka ia memotong, memisahkan, menanyai

bagian tubuhku satu-satu. Dari ujung kepala sampai

kaki. Diluar kehendakku, mereka bersaksi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi