Jika saja Tuhan bertanya padaku, "Dunia seperti apa yang kau inginkan?" Maka aku akan menjawab tanpa ragu dengan segala ego yang aku katakan Aku tidak akan dilahirkan di tempat ini Di mana aku tumbuh dan dibesarkan Aku tidak akan menderita sama sekali Di mana aku belajar dan dibangkitkan Aku akan tetap menjadi anak kecil yang hidup semaunya, seenaknya hingga kebahagiaan yang aku inginkan bukan lagi menjadi sebuah kebahagiaan melainkan berubah menjadi siksaan Dunia akan porak poranda karena kita ditanyai Tuhan hal yang sama "Dunia seperti apa yang kau inginkan?" Dan kita menjawabnya hanya dengan segala ego, nafsu, emosi, seperti yang kita inginkan
Dia tahu, setiap ia berbohong, ia akan mengusap ujung hidungnya tanpa disadarinya *** "Kamu mencintaiku?" Aku mencintaimu, kenapa kau meragukanku? Aku mencintai semuanya darimu, segalanya, apapun, dan tanpa alasan yang dibuat-buat Aku benar-benar mencintaimu Lalu dia melihat, ia mengusap ujung hidungnya "Tidak akan ada orang lain dibenakmu selain aku?" Pertanyaanmu benar-benar seperti meragukanku. Aku akan terbang jauh, di sana aku akan tetap mencintaimu yang ada di sini. Hanya kamu satu-satunya Aku tidak mungkin mengkhianatimu. Lalu dia melihat, ia mengusap ujung hidungnya *** Satu tahun telah berlalu, sejak pertemuan terakhir di bandara waktu itu. Dia dan ia hanya terhubung melalui telepon yang bahkan sudah jarang-jarang. Sekarang, ia bersama yang lain. Sedang duduk di sebuah kafe. Yang lain itu bertanya, "apa kamu belum memiliki kekasih?" "Aku belum memiliki kekasih. Kenapa kau menanyakan itu? Aku hanya ingin mencintaimu." Maka tanpa ia sadar
Bahkan ini masih terlalu awal untuk dikatakan pagi. Terbangun dari mimpi, tersenyum. Oh, ayam yang belum berkokok. Oh, embun yang masih sangat basah. Aku memimpikannya, dia, tampak nyata. Boleh aku menceritakannya? Aku tidak akan menambah atau menguranginya. "Malam dia datang, ke rumahku." Sudah aku katakan, aku tidak menambah cerita. Aku tidak mengurangi cerita, ini alasan bahagia. "Kami, mempersilahkannya masuk. dengan kedua temannya, dia duduk. Kami berbincang." Bayangkan saja. B-e-r-b-i-n-c-a-n-g. Sekalipun dalam melamunkannya, aku tidak pernah berani membayangkan, berbincang dengannya. Tuhan, aku ingin ini menjadi nyata. Namun, kuasa ada di tanganMu. Aku hanya berdoa, sebelum fajar. Layaknya yang seharusnya. "Bersama dia. Sedih tidak akan bertahan lama, bahagia diharapkan selamanya." Aku mahfum ini kemuskilan dosa. Tapi aku ingin, menyelesaikan cerita ini tanpa menambah dan menguranginya. Bintang bertaburan tanpa bulan. Dalam mimpiku, "Aku mende
Komentar
Posting Komentar