Beker

 Jam bekernya berbunyi, ia tidak menghiraukannya. Matanya terasa sangat berat seakan ada tangan yang menutupinya. Telinganya menolak beroprasi. Otaknya ditahan oleh rasa enggan untuk mematikan jam beker. Nanti kalau capek juga mati sendiri, batinnya.

"Bangun sayang, nanti telat lho" Jam beker itu memerotes diantara bunyi kring!!!

Barangkali laki-laki sialan yang menjadi beban hatinya kemarin masih terjebak dipikirannya. Ia mencoba tak menghiraukan itu. Ia masih capek, matanya yang sembap itu masih enggan terbuka.

Kriiing!!!

Sialan.

***

Setelah pulang dari tempatnya bekerja menjadi pelayan sebuah toko swalayan. Perempuan itu melepaskan kuncir kuda belakang rambutnya, merebahkan tubuhnya diatas kasur yang masih lengkap dengan seragam toko, dan lipstik merah yang menghiasi bibirnya.

"Ah, capek ..." desisnya menatap langit-langit.

Beberapa menit ia membiarkan dirinya melamun. Menatap lampu kamarnya, kemudian lukisan Monalisa di dinding, rak yang diisi oleh barang-barang kecantikannya. Kemudian ia bangkit, melepaskan seragamnya bergegas mandi.

***

Ia kembali pada kenyataan bahwa kasur dan segala barang di atasnya adalah tempat ia bisa beristirahat tenang. Ia memanjakan tubuhnya yang lelah seharian. Bantalnya menjadi sandaran dari penatnya kepala yang harus berpikir seharian, mendengarkan mulutnya yang sesekali bercerita tanpa bersuara, menyeka air mata yang tak akan dimengerti oleh manusia.

Kemudian ia memeluk gulingnya, ia memeluk gulingnya dengan tulus karena ia tahu guling itu tidak akan meninggalkannya seperti laki-laki sialan itu!

Setiap hari ia harus terjerembap kedalam pemikiran aneh karena patah hati yang ia alami. Setiap hari ia harus berperang dengan rutinitas membosankan: mematikan lampu kamar; berusaha untuk tertidur dengan cepat; ingatan tentang laki-laki sialan yang berusaha dihapusnya; tengah malam masih terjaga dengan hati yang mencelos; air mata yang terurai sampai ia lelah; dan kemudian baru ia bisa terlelap.

***

Kring!

"Laki-laki sialan!" Kepalanya yang masih berat. Matanya yang masih sembap. Ia mengutuk laki-laki sialan yang menyebabkan semua ini. Ia mengutuk orang yang membuatnya merasa berantakan. Seumur-umur ini adalah hari-hari yang paling berantakan yang pernah ia rasakan.

Ia membiarkan jam beker itu sejenak.

"Kriinggg! Bangun sayang ... " Suara keras jam beker itu seperti dihalus-haluskan. 

Ia mencoba meraih jam beker di meja kamarnya. Beberapa jarinya berhasil menggapai jam tersebut. Mematikan bunyi berisik yang keluar dari jam tersebut.

Ia tidak punya mulut tapi berisik, bayangkan saja bagaimana kalau ia punya mulut?! Berisik bukan main pastinya!

Matanya mulai terbuka. Ia langsung menggapai handphonenya, tertulis hari Selasa, 23 Agustus 2022. Tidak ada lagi yang lain. Hanya hari dan tanggal tanpa pesan seseorang yang dicintainya, atau mungkin pesan dari seorang laki-laki yang sekarang dianggapnya sialan itu!

***

Kring!!

Ia menggapai jam beker.

"Kriingg!! Bangun sayang, selamat bekerja ya ... " Suara jam beker itu lebih dihaluskan lagi hari Rabu ini, 24 Agustus 2022. Hanya sebuah wallpaper bergambar deburan riak ombak di tepi pantai yang menghiasi layar depan handphonenya.

Ia sudah tidak berisik lagi. Tidak perlu heran, wajar, karena ia tidak punya mulut! Tapi tetap saja, ia masih tetap menyebalkan dan sialan!

Meskipun sebenarnya perempuan itu sudah mulai terbiasa dengan mata sembap yang ia paksakan untuk terbuka, kepala penat, dan pusing karena telat tidur semalam. Tapi, ia mulai berdamai dengan hidup yang serba berantakan.

***

Satu bulan berlalu.

Kring!

Ia lebih dulu bangun sebelum jam beker itu berbunyi. Bahkan ia sempat menunggu jam beker itu berbunyi dengan mentapnya, tersenyum ketika jarum dalam jam tersebut tepat menunjukkan pukul 06.00 yang kemudian diiringi dengan suara "kring!" teratur tidak memekikan telinga seperti satu bulan yang lalu

***

...

Konon disebrang sana. Pagi hari, ada sepasang laki-laki dan perempuan. ia dibangunkan oleh perempuan itu, "sayang, sudah tepat satu bulan kita menikah."

Laki-laki itu tersenyum kepadanya.

"Aku mau masakin kamu sesuatu yang sangat spesial!" Dengan ceria, perempuan itu bangkit setelah mengecupnya dengan manis.

Perempuan itu sudah beranjak, tak terlihat lagi punggungnya yang dihias dengan rambut kuncir kuda dari pintu kamarnya. Namun laki-laki itu masih tertegun, berdiam diri dengan posisi sedikit duduk bersandar pada pangkal tempat tidurnya. Ia mengambil handphonenya, tertulis hari Kamis, 29 Septemper 2022. Dengan wallpaper bergambar deburan riak ombak di tepi pantai, begitulah yang tergambar di layar depan.

Ia bimbang, memutar-mutar handphonenya dengan sengaja, menggeser layar tanpa tujuan. Serba kosong. Dalam dilema hatinya yang tidak pernah terungkapkan dan hanya kasur, bantal, dan guling yang mengerti akan suara yang tak pernah diucapkan laki-laki itu.

Segala barang-barang di atas kasur itu tahu, bahwa laki-laki itu ingin mengirim pesan pada perempuan penjaga toko swalayan yang ia datangi sebulan yang lalu ketika mempersiapkan pernikahan.

Ia ingin mengirim pesan padanya, "Pagi / Bangun sayang ... / Semangat kerjanya hari ini!"

...

Lamunannya mati, ketika bau harum khas badan istrinya yang masih tertinggal di kamar segera berganti dengan dengan suara sibuk dapur rumahnya.



Malang, 13 Maret 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi