Baca Buku Bajakan?!

 "Buku-buku yang kamu beli ini bajakan?"

Pertanyaan yang paling menyebalkan yang pernah saya terima. Ketika saya sedang memposting buku yang saya baca atau saat beberapa orang melihat koleksi-koleksi buku saya, pertanyaan menyebalkan itu mereka tanyakan tanpa permisi. Jujur dalam hati saya, saya membalas pertanyaan seperti itu dengan umpatan paling kasar.

Sebagai pembaca saja saya merasa terhina ketika ditanya hal yang seperti itu. Bagaimana perasaan penulis ketika bukunya dibajak? Tentu hal yang tidak bisa dibayangkan.

Ulasan, diskusi, atau postingan media sosial mengenai buku bajakan ini memang sudah banyak disinggung. Alasan-alasan seperti; Buku ori mahal untuk dibeli oleh orang yang tidak banyak uang; Buku ori-nya susah dicari, Kebutuhan yang sangat mepet. Itu bukanlah alasan yang bisa dijadikan pembelaan ketika membajak buku.

Tidak ada alasan apapun untuk membajak buku. Mungkin menyandingkan alasan "buku ori mahal untuk dibeli" dengan baju, sepatu, atau tas ori yang juga mahal untuk dibeli, jadi menghalalkan barang haram untuk dibeli bukan hal yang sama. Jika ingin membeli baju, sepatu, dll kita bisa menabung dulu, toh memakai barang yang tidak ori juga hal yang memalukan bukan?

Buku. Tidak harus dibajak begitu saja atau kalau sudah sangat tidak sabar untuk menabung karena kebutuhan yang mendesak, masih ada perpustakaan. Benar-benar tidak ada alasan untuk membajak buku. Hal ini juga sama ketika pertanyaan, "buku yang kamu baca bajakan?". Pertanyaan itu sama dengan menghina pemilik baju ori dan menyatakan bahwa bajunya kw, membaca buku bajakan juga sangat tidak sopan dan menghina pembaca.

Memang pembajakan buku sangat sulit untuk diberhentikan. Sepengetahuan saya sudah banyak sidak tentang buku bajakan tapi hal itu tidak semerta-merta berhasil.

Seperti mencabut jamur di tempat yang lembap. Percuma diberantas jika tempatnya (lingkungan) lembap. Jamur akan tumbuh lagi dan lagi di tempat tersebut.

Sama halnya dengan buku bajakan, jika upaya pencabutan (jamur) buku bajakan sudah digalakkan. Ada baiknya sebagai masyarakat kita menciptakan lingkingan yang sehat (tidak lembap). Agar pembajakan buku tak tumbuh lagi.

"Dengan cara apa?" Bisa dengan cara tidak membeli buku bajakan. Membeli buku bajakan sama saja mendukung pembajakan.

"Kurang manusiawi. Bagaimana dengan ekonomi masyarakat penjual buku bajakan?"

Saya tidak ingin terbang lebih jauh mengenai perdebatan ini, masalah keungan dengan pekerjaan sebagai penjual buku bajakan. Karena menurut saya itu adalah pekerjaan kejam untuk menyiksa tidak secara langsung.

***

Nun jauh di sana. Ada seorang pemuda yang mempunyai cita-cita sebagai penulis. Ia ingin menciptakan sebuah buku, mendedikasikan banyak waktu dalam hidupnya untuk menjadi penulis.

Suatu saat jika buku itu sudah diterbitkan dan bermanfaat untuk masyarakat. Imbalan berupa royalti dari buku yang dijual memang hal layak diberikan kepadanya.

***

Dan pembajak di sebrang lainnya berteriak, "Tolong untuk memanusiakan manusia!" Ia terus berteriak. Sembari menggantung leher penulis, mengambil roti yang dipegang oleh penulis dengan perut kelaparan.

Di suatu tempat lembap yang muncul banyak jamur. Ironi sungguh miris!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu

Perempuan dalam Mimpi