Selembar Kertas

 Selembar kertas itu melayang, sebuah momen terbawa olehnya.

Aku mencoba mengejar kertas itu, karena tidak ingin kehilangan

setitik pun momen tentangmu. Meski hanya selembar kertas,

aku tidak akan melepas.


Kertas itu terus melayang, melewati jalan-jalan kota,

melewati toko es krim, melewati gedung sekolah,

melewati taman, melewati toko buku, terus sampai

seisi kota terlewati. Jangan tanya, aku terus mengejarnya.


Sudah berhari-hari kertas itu melayang. Kalau pagi datang,

aku masih bisa mengingat beberapa buku yang kamu dekap

ketika kamu masuk melewati lobi sekolah. Kalau hari sedang panas,

aku masih ingat kamu disejukan oleh senyum. Jika hujan datang,

kamu akan menatap lapangan sekolah dari selasar lantai dua.


"Kamu sudah mendapatkan kertas itu?"

Belum, tapi aku ingat. Disaat-saat itulah aku menuliskan

momen-momen itu dalam selembar kertas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apokalips

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu