Ngopi #1

 Bagaimana manusia menjalankan hidupnya dengan kebutuhan dasar mereka, sandang, pangan, dan papan. Tapi aku merasa teori yang seperti itu sudah usang, lapuk, dan tak relevan lagi. Memang dasarnya masih seperti itu, tapi nyatanya sekarang? banyak kebutuhan sekunder lain yang dimasukkan ke dalam kebutuhan utama itu.

Contohnya? Ngopi. Aku rasa, manusia sekarang tanpa ngopi itu seorang psikopat yang diam-diam bisa mencuri stetoskop, teleskop. atau kaleidoskop seorang psikiater untuk menjaga kewarasannya.

Karena ngopi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, bahkan sendirian pun bisa. Temen-temen yang belum ngopi atau sudah lama gak ngopi, coba deh buruan ngopi. Sebelum kamu berubah menjadi psikopat yang mencuri stetoskop... teleskop, ...

Sekali dalam seminggu aku pasti menyempatkan diri untuk ngopi sama temen. Karena dengan ngopi sama temen itu banyak hal-hal baru yang bisa terjadi. Fenomena-fenomena kewarasan yang terjaga dengan terapi kedunguan yang terus dilestarikan. Semoga tidak terwariskan ke anak cucu, bahaya.

Seperti pengalaman ngopi minggu lalu dengan teman-temanku. Ngopi meskipun tidak tertulis secara lugas seperti peringatan bahaya di bungkus rokok, berpotensi menciptakan fenomena-fenomena yang barbahaya.

Bahaya yang pertama adalah, dosa.

Ya, dosa.

Kita datang, duduk bersama di sebuah kafe. Saat kita duduk, pertanyaan normal yang berpotensi bahaya itu diucapkan, "apa kabar?"

Yang lain akan menjawab, "baik, baik. Kamu?"

"Baik juga."

Ya sebenarnya kalau kondisi kesehatan lagi tidak baik, tidak mungkin ngopi juga sih. Tapi pertanyaan "apa kabar" itu selalu menuntun orang-orang yang ngopi pada jalan dosa.

Ketika beberapa orang yang lagi berkumpul dan kondisi mereka semua baik-baik saja. Itu bahaya. B-A-H-A-Y-A. Di saat seperti itulah setan muncul dan berbisik.

"eh kabar si itu, gimana, ya?"

Percayalah, temannya akan mendekatkan kepala pada si yang bertanya. Dengan suara lembut, pelan, dan berbisik, dia mengatakan, "kamu tahu gak sih? si itu, dia tuh ..." semakin pelan, semakin matanya berbinar-binar dan sedikit melotot, semakin menggunakan ekspresi-ekspresi bukan suara. Semakin potensi dosa yang dikeluarkan menjadi sangat tinggi.

Apalagi kalau teman kita ngopi itu adalah teman kita pada masa sekolah. Temen SMA. Ketika kita ngopi sama temen SMA, engga ada lagi tuh kayaknya perkembangan kita menjadi dewasa. Dengan teman-teman SMA kita tetap merasa seperti masih duduk di bangku SMA. Meskipun diantara kita yang sudah berumur ini beranak pinak, tetap saja, kalau kumpul sama teman SMA ya masih terasa seperti masih SMA.

Pengalaman saat SMA, tentang fasilitas sekolah yang semakin membaik tidak sama saat dulu kita duduk di SMA, di hukum guru, sampai bolos sekolah. Topik itu akan menjadi kenangan yang kita bicarakan. Tentu, setelah topik "si itu" tadi selesai.

Teman dekat kita waktu SMA adalah malaikat penjaga kunci rahasia kita. Mereka lagi-lagi, sangat membahayakan. Masalahnya, jakun kita yang belum terbentuk sempurna seiring dengan kedewasaan kita yang juga sangat minim, banyak kejadian idiot di masa SMA yang temen kita tahu.

"Masih inget waktu dulu ada yang kentut di bawah papan tulis?"

"Yang waktu kerja kelompok di bawah papan tulis?"

"Ya. yang si Budi kentut baunya seperti pampers sapi."

"Ya. Ya. masih inget. Mana Budi dulu nggak ngaku lagi!"

Si Budi yang kebetulan ikut. Si Budi yang terselamatkan dari pembicaraan "si itu" hanya tertawa terbahak-bahak.

"Ya dulu bau banget, ya, soalnya waktu aku cek, keluar dikit, sih. dikit." Budi menambahkan fakta dengan malu-malu

Budi berani menceritakan karena ia sudah merasa aman dengan rahasianya yang dibagikan ke teman-teman. Hmm. padahal, ah, Budi belum tahu, bahwa dia juga bisa menjadi "si itu" dengan bumbu yang ia tambahkan sendiri.

Kita ulang kejadian jika Budi tidak datang.

"Masih inget waktu dulu ada yang kentut di bawah papan tulis?"

"Yang waktu kerja kelompok di bawah papan tulis?"

"Ya. yang si Budi kentut baunya seperti pampers sapi."

"Ya. Ya. masih inget. Mana Budi dulu nggak ngaku lagi!"

Budi tidak datang. Maka temannya menambahkan, "ya, karena dia keluar poop dikit sih di celananya. Katanya sih dikit, tapi aku percaya, itu gak sedikit. Tinggal sedikit mungkin betul, karena sebenernya banyak, cuma jatuh waktu dia jalan, jadi tinggal dikit."

Aneh ya, tapi kita tuh nyaman untuk cerita ke temen SMA. Kenyamanan cerita yang tidak akan tertandingi oleh siapa pun.

Kita betah berlama-lama di kafe hanya untuk kumpul, ngobrol, dan bumbu ngomongin orang dengan teman kita. Tapi tahu tidak, kalau terlalu lama ngobrol, pembahasan bisa habis.

Biasanya langsung diem. Dead air. Tapi bisa juga tiba-tiba tertawa karena semuanya diem. Ini adalah tanda awal kehabisan bahan pembicaraan. Sebenarnya masih banyak, bisa juga engga habis pembicaraan, tapi jika tanda-tanda itu sudah ada. Pembahasan yang ada selanjutnya adalah pembahasan paling tidak masuk akal di dunia.

Kita yang ngopi di situ, bisa tiba-tiba berubah menjadi Albertt Einstein, Socrates, Karl Marx, Waluyo, Rukmini, Gadis Kretek, macam-macam.

Biasanya tiba-tiba ada yang mengawalinya dengan celetukan, "kira-kira bumi itu datar atau bulat ya?"

"bener sih bumi itu datar, kalau kita lihat di pantai, full datar engga ada miringnya. Seharusnya kalau bumi itu bulat, kan ada miringnya dikit." Jawab teman tim bumi datar.

Tim bumi bulat juga akan menjawab, "liat aja bulan, matahari, mereka bulat. Ya masa bumi engga bulat juga, kan bumi fomo."

Percayalah, perdebatan seperti itu normal. Baru terasa ga normal ketika,

"Bumi itu bulat."

"Ah engga sih kayaknya."

"Nah kan, betul bumi itu datar. Kamu setuju kan?"

"Engga juga sih?"

"Terus?"

"Kayaknya lebih ke jajar genjang."

Gak akan ada teori yang menyebutkan bumi jajar genjang. Tapi di tempat kopian, semua bisa terjadi. Bumi jajar genjang bisa dijelaskan dengan diskusi Einsten, Socrates, dan Waluyo itu tadi. Teori yang hanya membuat kita semua duduk, mendengarkan, menikmati, tanpa terasa sudah berjam-jam duduk di kafe.

Manusia.

Masyrakat Indonesia yang punya hobi nongkrong apa lagi. Bisa tahan berjam-jam di kafe.

Kalau sudah seperti itu, ngopi akan memiliki ending yang juga kurang mengenakkan.

Biasanya, setelah berjam-jam itu badan akan terasa, pegal, capek, dan pantat seperti naik motor yang joknya udah tipis, PP Malang-Jakarta. Panas sekali. Panasnya bisa kali kalau telur ditinggal dikursi itu akan keluar anak ayam.

Kesimpulannya, ngopi bisa bermanfaat karena dalam dudukmu. Kamu bisa menaruh sebutir telur, menahannya agar tetap hangat, dan ya! seekor anak ayam akan memanggilmu, "Papa... ck ck ck, mama ck ck ck!"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apokalips

Jika Saja Tuhan Bertanya

Ujung Hidungmu