Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Rak Buku Saya

 Kawan lamaku adalah Almustafa yang hidup di kepala dan bertahan di rak buku saya Kawan baruku adalah monelle yang hidup di kepala dan menyapa di rak buku saya Mereka mirip, tapi tidak sama mereka berdebat di kepala saya Kata-kata yang bukan main hebatnya Kata-kata yang begitu indahnya Saya tidak memilah, mana yang bijak sebab mereka berdua adalah teman saya Saya tidak memilah, siapa yang bercerita siapa Marcel Schwob, siapa Kahlil Gibran   Sampai ibu saya datang, memanggil saya yang sedang asyik membaca. "Nak, pertahankanlah apa yang kau percaya. Tapi janganlah menutup diri, dan bergaulah dengan siapa saja. Karena dengan begitulah kau menjadi manusia."

Yang Benar-benar Aku Inginkan

 Apa yang benar-benar kau inginkan? Untuk sekarang atau untuk masa depan karena jawabannya akan berbeda Keduanya, utarakan saja, pada puisi ini Untuk sekarang. Aku ingin pesanan kopiku segera datang. Agar aku bisa menyesapnya ribuan kata-kata yang tidak ada dalam komposisinya. Tapi aku tahu, dalam setiap seduhan kopi terkandung kata-kata. Untuk masa depan. Aku ingin di masa depan aku berada di rumah. Menikmati hasil kerja yang aku upayakan pada masa muda. Mungkin tetap meminum kopi dan menulis. Tapi aku ingin masa depan lebih mewah. Sembari menulis aku bersama dia. Yang terus berdiam di kepala.

Entah Dua Ribu ke Berapa Nanti

 Entah dua ribu ke berapa Semoga saja nanti Sukartono dan Tini lebih dikenal di negeri kita sendiri Sehingga "Belenggu" yang diusahakan Armijn Pane tidak sia-sia Entah dua ribu ke berapa Semoga saja nanti Minke dan Annelies dikenal di negeri kita sendiri Sehingga tidak sia-sia naskah Pramoedya "Bumi Manusia" itu terselamatkan Entah dua ribu ke berapa Semoga saja nanti Sarwono dan Pingkan lebih dikenal di negeri kita sendiri Tak perlu sedih dengan "Hujan Bulan Juni" karena, "Pingkan Melipat Jarak" dan "Yang Fana adalah Waktu" Sehingga karya Sapardi tetap abadi Entah dua ribu ke berapa...

Ujung Hidungmu

 Dia tahu, setiap ia berbohong, ia akan mengusap ujung hidungnya tanpa disadarinya *** "Kamu mencintaiku?" Aku mencintaimu, kenapa kau meragukanku? Aku mencintai semuanya darimu, segalanya, apapun, dan tanpa alasan yang dibuat-buat Aku benar-benar mencintaimu Lalu dia melihat, ia mengusap ujung hidungnya "Tidak akan ada orang lain dibenakmu selain aku?" Pertanyaanmu benar-benar seperti meragukanku. Aku akan terbang jauh, di sana aku akan tetap mencintaimu yang ada di sini. Hanya kamu satu-satunya Aku tidak mungkin mengkhianatimu. Lalu dia melihat, ia mengusap ujung hidungnya *** Satu tahun telah berlalu, sejak pertemuan terakhir di bandara waktu itu. Dia dan ia hanya terhubung melalui telepon yang bahkan sudah jarang-jarang. Sekarang, ia bersama yang lain. Sedang duduk di sebuah kafe. Yang lain itu bertanya, "apa kamu belum memiliki kekasih?" "Aku belum memiliki kekasih. Kenapa kau menanyakan itu? Aku hanya ingin mencintaimu." Maka tanpa ia sadar